Terlalu Baik atau Malah Terlalu Bodoh ?
Hal buruk kadang terjadi karena dilandasi perbuatan baik.
- Apakah salah berbuat baik meskipun dianggap bodoh oleh orang lain ?
- Mungkinkah harus jadi orang jahat untuk melakukan apa yang menurut kita/orang lain baik ?
- Apakah kita sebenarnya orang baik atau hanya terlalu bodoh ?
Pernahkah pertanyaan-pertanyaan diatas terlintas dalam pikiran anda ketika melakukan hal baik yang orang lain pun malas melakukannya ? Jika iya, berarti kamu mrupakan typical orang baik, kenapa :
- Orang baik mudah bersimpati pada orang lain, dan biasanya tidak berprasangka, sehingga mudah juga percaya.
- Sifat tidak tegaan/sungkan itu seringkali membuat orang baik sepertinya kurang punya ketegasan bersikap, akhirnya keputusan diambil karena rasa tidak tega atau sungkan itu tadi.
- Mudah memaafkan, mudah melupakan kesalahan orang lain itu sifat yang baik, tapi berhati-hatilah karena hal itu juga bisa menjadi bumerang buat kita kemudian menjadi umpan yang paling empuk untuk orang 'jahat' di luar sana. Ingat, semakin baik seseorang maka akan semakin mudah dimanfaatkan ia, bila kebaikan tersebut tidak diimbangi dengan HIKMAT.
Kadang saya mikir, untuk kasus-kasus tertentu, memang terlihat tipis sekali bedanya antara 'tulus' dan 'bodoh', sebab apa ? Orang-orang yang tulus hati mau-maunya dan bisa-bisanya menghilangkan ego mereka hanya untuk melakukan apa yang menurut mereka kebaikan hidup yang mereka percayai. Tapi tidak bisa disalahkan juga, sebab mungkin bisa jadi ketulusan tersebut adalah yang membuat bahagia, meskipun diri sendiri diperlakukan dengan tidak adil. Jadi itu juga tentang pemahaman dan penerimaan kita terhadap sesuatu.
Orang-yang paling bahagia tidak selalu memiliki hal-hal yang terbaik, mereka hanya berusaha untuk menjadi yang terbaik dari hal-hal yang hadir dalam hidup mereka.
Tak ada yang salah dengan kita berbuat baik. Namun kita juga harus belajar untuk bijaksana. Pengalaman hidup akan membuat kita menjadi matang bukan hanya dewasa saja. Dengan banyak belajar akan membuat pikiran kita terbuka dan mengasah diri kita untuk tidak berpikiran sempit dan berlapang dada.
Selain kita bisa memberikan perhatian dan bantuan kepada orang lain, kita juga harus bisa membantu diri sendiri ,membina diri sendiri, memberi perhatian pada orang orang terdekat kita, ayah, ibu ,kakak adik ,kekasih (dalam arti suami atau istri).
Kita juga harus mampu memberi sebuah batasan batasan tertentu dan setelah itu melepaskannya, membebaskan diri dari pikiraan-pikiran yang mengikat. Memberi batasan batasan adalah untuk menjaga sebuah keseimbangan mental, tidak mengikatkan diri kepada hal hal yang bersifat fanatik.
Selain kita bisa memberikan perhatian dan bantuan kepada orang lain, kita juga harus bisa membantu diri sendiri ,membina diri sendiri, memberi perhatian pada orang orang terdekat kita, ayah, ibu ,kakak adik ,kekasih (dalam arti suami atau istri).
Kita juga harus mampu memberi sebuah batasan batasan tertentu dan setelah itu melepaskannya, membebaskan diri dari pikiraan-pikiran yang mengikat. Memberi batasan batasan adalah untuk menjaga sebuah keseimbangan mental, tidak mengikatkan diri kepada hal hal yang bersifat fanatik.
Dari semua perbuatan kita yang dirasa cukup baik, namun tentu perlu adanya batasan batasan. Seringkali terlalu memberi perhatian pada apapun,pada siapapun akan membalik membawa sakit hati. Itulah mengapa kita juga harus belajar melepaskan dan membebaskan.
Jika menabur benih yang baik, apakah akan menghasilkan buah yang baik pula ?
Mungkin kamu tidak bisa langsung menghasilkan buah yg
baik dari orang-orang yang cuma memanfaatkan kamu, tapi bisa jadi kebaikan
dan buah yang baik itu diperoleh dari orang lain. Kebaikan adalah urusan kamu pribadi dengan Tuhan. Jadi tetaplah menaburkan kebaikan dimanapun itu. Kelak kamu akan menerima buahnya.
0 komentar: