Selangkah Melepasmu

02:04:00 Fauzi 1 Komentar

Selangkah Melepasmu
Picture by : WikiHow.com

Mengenalmu begitu memberi kesan berharga seolah inilah momen hidup yang takkan pernah dimusnahkan. Sepanjang hari selalu diselingi senyuman. Aku tersenyum dengan kata-kata lembutmu, Ukhti. Aku menyukai perhatian dan guyonan kecilmu yang lucu. Setiap sabtu malam minggu kamu menunggu sms dariku, menanti penyemangat hidupmu, seorang wanita yang perlahan-lahan menanamkan benih cinta.

Kamu tidak datang dengan kereta kencana seperti dalam dongeng, melainkan datang dengan apa adanya dirimu. Berbekal iman, akhlak, dan tutur bahasmu. Kamu memberikan kebahagiaan seolah tak pernah berakhir. Kita sama-sama dimabuk cinta, bermanja-manja melewati batas, melupakan waktu yang berharga. Semakin hari, kau dan aku menginginkan hubungan ini berlanjut lebih serius lagi. Namun ternyata keinginan mulia ini disusul dengan pertengkaran kecil sepanjang malam. Permasalahan cemburu, dekat dengan orang lain, atau kesalahpahaman lainnya. Kau dan aku makin hambar. Kau dan aku makin merasakan kehilangan cinta. Satu per satu perasaan luntur. Tapi kita selalu mencoba belajar saling mencintai lagi, lagi, dan lagi.

Entah karena apa, Tuhan menghadirkan kita dalam keadaan marah, emosi berlebihan hingga suatu hari kita memutuskan pergi sendiri-sendiri. Aku seolah ingin menangis, Ukhti. Namun terasa 'cengeng' untukku yang merupakan seorang pria. Aku tahu kau juga menangis. Aku mengerti dadamu merasakan sesak yang mendalam karena akupun merasakannya, mungkin lebih dari itu. Aku tahu engkau meneteskan air mata, meski berulangkali kau coba menghapusnya begitu aku melihat. 

Ukhti, maafkanlah emosiku. Maafkanlah semua kekhilafan kita. Maafkanlah masa lalu kita, meskipun tidak akan merubah apapun di masa lalu. Setidaknya dengan maaf bisa menjadikan kita lebih kuat dari sebelumnya. Ukhti, Mungkin aku salah. Aku pikir mengenalmu tidak akan pernah musnah. Aku pikir menaruh hati padamu tidak akan pernah berakhir. Nyatanya, kita sekarang berpisah. Mungkin ini kesalahan kita. karena yang terlalu mencintai, akan saling menjauh. Mungkin Allah cemburu dengan kita, sehingga inilah hukuman yang pantas kita terima. Berpisah. Ya, berpisah Ukhti.

Seandainya saja di sana kamu tahu, Ukhti. Aku tidak pernah sedetik pun membencimu. Sedikit pun tak pernah meletakkan benih dendam di hati. Aku sangat menghargaimu Ukhti. Aku tidak mau melupakanmu meski sekarang keberadaanmu menghilang. Di sisiku sudah tak ada kamu, kamu sudah pergi lama. Kamu seakan pergi sejak kau berhenti mencintai aku.

Yang perlu aku lakukan hanyalah membiarkan hidup ini terus berjalan. Selangkah demi langkah melepaskanmu tanpa harus dipaksa Ukhti. Dengan begini akan terasa mudah. Dengan begini aku bisa lebih ikhlas. Dengan begini cintaku pada Rabbku tak mungkin terbagi. Ukhti, Jangan khawatirkan keadaanku di sini ya. Rinduku sangat besar untukmu, dan kusimpan rapat-rapat.

Aku baik-baik saja, segenap hati kuluruskan niat untuk memperbaiki diri. Kalau kita berjodoh, aku mau dipertemukan kembali dalam keadaan sebaik-baiknya keadaan. Oleh karena itu, perbaiki dirimu juga ya. Jangan selipkan cintamu padaku, sebelum pernikahan itu berlangsung. Aku takut cinta kita adalah tiupan setan.




1 comment: