Sulit Memang
Picture by : Wikihow.com |
Kuputuskan ‘tuk menutup mata sejenak, walau itu sangat susah. Entah bagaimana caranya memaksa kelopak manja yang bertaut mesra di antara tirainya. Sulit, saat kelopak itu tak mau dipaksa untuk terpejam. Dan sulit, saat kelopak itu benar-benar terpejam hingga tak mau membelalak. Ah, serba salah.
Aku terus mencoba dengan setitik asa yang tersisa. Detik terlewat begitu saja, tapi belum bisa kutaklukkannya. Menaklukkan kelopak mata agar terhanyut dalam pejaman. Pejaman yang kuharap bisa memberi sedikit ketenangan. Sang bayu mendesir pelan. Merambati jiwaku yang terdiam dalam kelam malam. Ku nikmati setiap semilirnya, halus dan sejuk. Memberi ketenangan sesaat.
Ketenanganku tergugah saat bombardir kenangan pahit terungkit kembali. Air mataku luruh jatuh satu persatu membasahi pipi yang putih bersih (Udah kayak cewek aja). Aku tersedu, merunduk sepi. Tak tahu apa yang harus kulakukan. Melampaui ribuan rintangan di depan sana, atau tetap berjalan dengan kabut penyesalan tanpa jawab.
Ku tengadahkan kepala menatap langit luas. Menatap rasi bintang di atas sana, yang memberi keindahan tiada tara. Andai saja bintang-bintang itu bisa mendengarku, ‘kan kukatakan bahwa aku benar-benar merindukan sesosok wanita. Aku rindu ! Sangat merindunya. Rindu saat dua insan merebahkan tubuh di atas atap, menatap langit penuh kemanjaan. Seringkali mencercah doa-doa sederhana atas hubungan kita.
Tuhan, aku merindunya. Sungguh!!! Semakin kuingin melupakan, semakin kuingin bersamanya. Bersama-sama kembali memadu kisah sederhana. Tapi itu tak mungkin.
0 komentar: